Cari Blog Ini

Sabtu, 21 Mei 2011

Budaya diklaim negara lain " salah siapa ? "

 oleh: yusuf dwi mahardika

     Belakangan terdengar isu-isu tidak sedap soal beberapa ragam budaya indonesia diklaim oleh negara tetangga, sebenarnya bukan isu tapi sudah menjadi realita dan telah menimbulkan polemik berkepanjangan antara kedua negara. Sudah dari zaman soekarno hubungan indonesia-malaysia tidak berjalan harmonis, gue mau sedikit cerita ah, kali aja bermanfaat..hahaiii.Berawal dari keinginan federasi malaya yg lebih dikenal sebagai persekutuan tanah melayu pada tahun 1961 untuk menggabungkan brunei, sabah dan sarawak ke dalam federasi malaya (sekarang malaysia) yg tidak sesuai dengan perjanjian manila accord. Hal ini membuat presiden soekarno geram yg menganggap pembentukan federasi malaya adalah " boneka inggris " merupakan bentuk kolonialisme dan imperialisme dlm bentuk baru serta dukungan terhadap berbagai gangguan keamanan dalam negri dan pemberontakan di indonesia. Hal ini tentu memicu demonstrasi anti-indonesia di kuala lumpur ketika para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto soekarno, membawa lambang negara garuda pancasila ke hadapan tenku abdul rahman (perdana mentri malaysia saat itu) dan memaksanya untuk menginjak garuda. Amarah soekarno terhadap malaysia pun meledak hinggga akhirnya presiden soekarno memproklamirkan gerakan ganyang malaysia melalui pidato beliau yg amat bersejarah berikut ini : " kalau kita lapar itu biasa, kalau kita malu itu juga biasa, namun kalau kita lapar atau malu itu karena malaysia, kurang ajar !..kerahkan pasukan ke kalimantan, hajar cecunguk malayan itu ! Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita di injak-injak oleh malaysian keparat itu. Doakan aku, aku akan berangkat ke medan juang sebagai patriot bangsa. Sebagai martir bangsa dan sebagai peluru bangsa yg tak mau di injak-injak harga dirinya. Serukan..serukan ke seluruh pelosok negri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini, kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memikiki gigi yg kuat dan kita juga masih memiliki martabat. yoooo.....ayooooo.kita ganjang ...ganjang malay..ganjang malaysia, bulatkan tekad semangat kita badja, peluru kita banyak, nyawa kita banyak, bila perlu satoe-satoe !!!!.
siapa sih yg tidak membara jiwanya jika membaca pidato tsb. mungkin sebagian dari kita menginginkan sifat soekarno ada di dalam pemimpin saat ini yg hanya memilih diam ketika budaya, wilayah, dan sumber daya alamnya diklaim oleh negara tetangga. sebenarnya ini salah siapa ?. jawabannya adalah berkaca pada diri kita sendiri, banyak dari kita masyarakat dan generasi muda indonesia menginginkan kembalinya ganyang malaysia sedangkan kita sendiri kurang peduli untuk melestarikan budaya kita sendiri,ironis memang, misalnya tarian lesung yg berasal dari banten,tarian ini terancam punah akibat kurang adanya regenerasi dari anak muda untuk melestarikannya, kini rata rata para pemuda indonesia cenderung memilih budaya barat ketimbang budaya sendiri, kadangt terkesan menganggap budaya dalam negri sendiri terkesan kuno atau ketinggalan jaman, gw tau tidak semua orang indonesia seperti itu, akan tetapi pada moment seperti inilah yg membuat negera tetangga leluasa mengklaim budaya kita, gw cuma saran mending kita sama-sama instropeksi diri kita masing-masing kenapa budaya kita dengan gampangnya diklaim oleh negara tetangga, itu karena ulah kita sendiri!!!!!!...negara tidak akan hancur kecuali jika negara itu sendiri yg menghancurkanya....!

" KONGRES PSSI GAGAL TOTAL " oleh : buaye (rizky ramadhan)


sungguh ironis badan persepakbolaan di negeri ini.kongres yang diharapkan membuat perubahan besar dalam sepakbola di INDONESIA malah menjadi bomerang untuk menghancurkan sepakbola dinegara ini.dulu,ketika kita saling berdemo untuk melengserkan rezim nurdin halid,begitu antusias mereka bergerak.namun,ketika FIFA sudah menurunkan rezim nurdin,muncul lagi masalah baru.gerakan yang dinamai kelompok 78 yang diketahui memegang hak suara malah sekarang membela mati-matian george toisutta dan arifin .p sebagai calon KETUM dan WAKETUM PSSI.padahal FIFA dan KOMITE NORMALISASI yang di pimpin agum gumelar menegaskan kedua orang tersebut tidak bisa mencalonkan lagi menjadi bakal calon KETUM dan WAKETUM PSSI.namun,kelompok 78 tetap bertekad mencalonkan george toisutta dan arifin.p sebagai calonnya.ini menjadi pertanyaan besar,ada apa dengan semua ini?.kongres PSSI yang diadakan di jakarta yang dihadiri utusan dari FIFA itu pun berlangsung panas dan sudah tak kondusif lagi.hujan interupsi yang bukan membuat sesuatu yang bermanfaat malah membuat semakin kacau balau sehingga KETUA NORMALISASI pun menghentikan kongres itu karena merasa suasana sudah tak kodusif lagi.kongres PSSI yang dibuat untuk memilih KETUM,WAKETUM dan lain-lain itu berubah menjadi arena perang mulut dan tak dapat terbendung lagi.sangat malang nasib persepakbolaan dinegeri ini.semoga FIFA tidak memberi sanksi yang kejam terhadap olahraga ini.bayangkan,bila kita diberi sanksi oleh FIFA,tak ada lagi sorak sorai pendukung sepakbola di negara kita,yang ada,kehancuran bagi sepakbola INDONESIA.

Jumat, 20 Mei 2011

"Berbeda Bendera Bukan Berarti Kita Tidak dapat Bersahabat"

Penulis: bepe, 17 March 2011

Hotel Saung Bilik, Soreang, Kab Bandung: 17 Maret 2011..



Waktu jam tangan Polar saya menunjukkan pukul 19:12 WIB, ketika saya mulai menulis aretikel ini. Saat ini hujan rintik-rintik tengah turun membasahi daerah dimana saya atau tim Persija Jakarta (Lebih tepatnya) menginap. Suara gemericik laju air yg berasal dari sebuah sungai tidak jauh dari hotel ini, menjadi irama sehati untuk mengarungi kesejukan cuaca Soreang malam ini...

Seperti yg kita ketahui bersama, besok (18 maret 2011) saya bersama Persija jakarta akan menghadapi sebuah partai klasik dalam lanjutan liga super Indonesia, menghadapi tuan rumah Persib Bandung. Sebuah partai yg sarat akan emosi serta kental akan aroma persaingan dari kedua klub, yg memang sudah terjadi sejak lama. Sebuah pertarungan penuh gengsi, yg tidak jarang akan merembet hingga keluar dari kotak berukuran 90 X 110 Meter, bernama lapangan sepakbola...

Malam ini, ditemani setermos bandrek (Minuman khas tanah pasundan) dan suara gemericik air hujan yg menerpa genteng penginapan, saya ingin sedikit menarik kebelakang pada peristiwa-peristiwa yg pernah saya alami, selama saya membela panji Persija Jakarta dan bermain menghadapi Persib Bandung. Beberapa peristiwa, yg sesungguhnya lebih mirip seperti situasi perang dalam film-film, akan tetapi sangat disayangkan jika hal tersebut memang menjadi sebuah hal yg nyata...

Akan saya mulai cerita ini, dengan pengalaman saya saat pertama kali mendapat kesempatan untuk merasakan, panasnya atmosfer persaingan antar dua klub besar negeri ini, yaitu Persija jakarta (Macan kemayoran) dan Persib Bandung (Maung Bandung)...

Partai pertama saya menghadapi Persib Bandung, terjadi kira-kira 11 th yg lalu tepatnya pada musim 1999/2000 atau Liga Indonesia ke VI. Saat itu pertandingan di gelar di sebuah lapangan milik angkatan darat (Saya lupa nama lapangan tersebut), mengingat Persib Bandung tengah menjalani partai usiran karena sesuatu hal. Saya ingat betul, ketika itu Persib Bandung masih di perkuat oleh beberapa nama yg sangat tenar di blantika dunia persepakbolaan Indonesia, khususnya Bandung dan Jawa Barat..

Dibawah mistar ketika itu, masih dijaga oleh seorang kiper kawakan yg bernama Sanusi Anwar (Saat ini menjadi assisten pelatih kiper Persib Bandung). Dibarisan belakang sendiri, terdapat duet pemain belakang yg terkenal keras, lugas dan tanpa kompromi, yaitu Yadi Mulyadi dan Heri Setiawan. Yusuf Bachtiar masih menjadi andalan di lini tengah Persib Bandung pada masa itu. Sedang di lini depan, bercokol sebuah nama yg masih menjadi momok menakutkan bagi tim-tim lawan ketika itu, yaitu Sutiono Lamso...

Sedang kami sendiri Persija Jakarta, ketika itu bermaterikan gabungan antara pemain muda serta pemain-pemain senior yg juga cukup malang melintang di kancah sepakbola negeri ini. Diantara squad Persija Jakarta ketika itu adalah, M. Halim dibawah mistar, Nur'alim, Suwandhi H.S, Warsidi (Belakang). Anang Ma'ruf, Budiman Yunus, Luciano Leandro, Imran Nahumaruri, Dedi Umarela (Tengah). Dan Widodo C Putra serta saya sendiri (Bambang Pamungkas) di barisan depan..

Saya ingat betul, ketika itu kami berhasil memukul Persib Bandung dengan skor 2 - 3, melalui dua gol saya dan satu gol dari Widodo C Putra. Pertandingan sendiri berjalan dengan sangat keras bahkan menjurus kasar, entah berapa banyak kartu kuning yg harus keluar dari kantong wasit ketika itu, baik untuk pemain Persib Bandung maupun Persija Jakarta. Itu adalah pengalaman pertama saya, saat merasakan laga sakral liga Indonesia yg bertajuk "Duel Dua Macan" (Maung Bandung VS Macan Kemayoran...

Sebelas tahun sudah pertandingan tersebut berlalu. Memang sudah sejak lama Persija Jakarta dan Persib Bandung mempunyai hubungan yg kurang harmonis, baik didalam maupun di luar lapangan. Akan tetapi di masa-masa itu, kami (Pemain Persija) masih dapat menginap di dalam kota Bandung (Hotel Naripan) sehingga masih dapat menikmati indahnya kota kembang. Bahkan kami masih dapat berjalan-jalan ke Bandung Indah Plaza untuk sekedar mencuci mata, atau bahkan menikmati beberapa kuliner dari kota Bandung yg memang terkenal akan kelezatannya...

Akan tetapi beberapa tahun belakangan ini, nampaknya hal tersebut sudah hampir mustahil untuk dapat kembali terulang. Jangankan untuk berjalan-jalan di kota Bandung, untuk tinggalpun saat sekarang ini kami harus mencari penginapan yg jauh dari keramaian kota. Hal itupun masih harus di tambah lagi, dengan pengawalan extra ketat dari pihak kepolisian, yg bertujuan untuk memastikan keselamatan dari seluruh anggota tim. Saya yakin jika hal tersebut, juga dialami oleh tim Persib Bandung ketika mereka bertandang ke ibukota Jakarta...

Berangkat maupun pulang dari stadion menaiki mobil rantis atau terkadang Humvee milik angkatan darat, bukanlah pemandangan yg aneh beberapa tahun belakangan ini. Sebagai pemain Persija, kami pernah mengalami bus yg kami tumpangi pecah kaca di seluruh bagian bus, akibat lembaran batu dari pendukung Persib, hingga beberapa pemain mengalami luka berdarah akubat terkena pentalan serpihan kaca. Kami sempat harus menunggu hingga pukul 9 malam di dalam stadion, hingga akses jalan menuju penginapan steril dari para pedukung. Bahkan kami juga pernah harus diungsikan ke sebuah KOREM untuk menghindari amuk massa, saat kami berhasil menumbangkan Persib di Siliwangi...

Di sisi lain saya ingat betul ketika pada musim 2007, pemain Persib Bandung ketika itu Riduan Barkouwi dan Cristian Bekamenga menolak untuk bermain, karena menerima teror berupa lembaran batu ke bus yg mereka tumpangi selama dalam perjalanan menuju stadion Lebak Bulus. Bahkan saya sendiri yg ketika itu tidak bermain karena cedera, berinisiatif untuk memasuki lorong pemain persib dan membujuk mereka berdua agar mau bermain. Bahkan sempat terjadi sebuah peristiwa di tahun 2005, ketika tim Persib Bandung tidak hadir ke lapangan (WO) dan memilih untuk pulang ke Bandung, karena khawatir dengan keselamatan mereka jika harus bertanding di Lebak Bulus...

Dan hal yg paling menyedihkan terjadi di tahun 2010, tepatnya di perhelatan Piala AFF Jakarta kemarin. Ketika salah satu sahabat saya menulis di twitter mengenai terjadinya pemukulan terhadap seorang pendukung merah-putih, yg ketika itu tengah menggunakan seragam tim nasional bernomor 9 bernama Gonzales, oleh oknum yg tidak bertanggung jawab. Entah siapa yg melakukan dan dengan alasan apapun, jelas pemukulan tersebut sudah jauh keluar dari batas-batas etika dan kewajaran...

Apapun alasannya, mereka adalah sama-sama pendukung tim nasional Indonesia. Dan berasal dari tim manapun, kami adalah anak-anak bangsa yg bermain untuk membela satu bendera, yaitu bendera Indonesia. Walaupun Cristian Gonzales sendiri sejatinya berasal dari Uruguay, akan tetapi saat ini dia adalah bagian dari bangsa kita, dan juga bermain untuk membela panji merah-putih...

Maka sudah seyogyanya dan sewajarnya, jika nama Gonzales juga dielu-elukan oleh pendukung merah-putih di seantero negeri ini. Sehingga tidak ada hal yg salah maupun aneh, ketika seseorang penonton datang ke stadion menggunakan baju bernama dan bernomor punggung pemain tersebut (Cristian Gonzales). Sama halnya ketika pendukung yg lain datang menggunakan seragam merah-putih bernama Irfan, Firman, Okto, Maman, Hamka maupun nama saya sendiri...

Sudah seburuk itukah mental supporter sepakbola di negeri ini..?? Pertanyaan itu seketika menyeruah di benak saya, ketikapertama kali mendengar peristiwa tersebut. Apakah sudah sedemikian sempitnya cara berpikir supporter-supporter kita, sehingga sudah tidak dapat lagi membedakan fanatisme kedaerahan, dengan nasionalisme kita dalam berbangsa dan bernegara..?? Tentu hal tersebut menjadi sesuatu yg teramat sangat patut untuk disayangkan...

Masih melekat dalam benak saya, ketika saya mendapat cemoohan dari seluruh penonton yg berada di stadion Siliwangi, ketika Indonesia menjamu Maladewa dalam sebuah partai ujicoba menjelang AFF 2010 digelar. Ketika itu, penonton satu stadion memaki saya dengan kata-kata yg kurang nyaman untuk didengar, hanya karena saya adalah pemain yg berasal dari Persija Jakarta. Padahal ketika itu saya bermain atas nama Indonesia, tim yg mereka dukung dan membuat mereka datang ke stadion. Bahkan beberapa penonton yg duduk di dekat lorong menuju ruang ganti tim nasional, sempat meludah ketika saya berjalan memasuki ruang ganti. Dalam koferensi pers setelah pertandingan usai, Afred Riedl sendiri sempat menyayangkan perlakuan kasar supporter kota Bandung tersebut terhadap diri saya..

Beberapa minggu kemudian, dalam lanjutan liga Indonesia, Persija bertemu dengan Persib di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Ketika itu Persija dapat mengalahkan Persib dengan skor yg cukup telak (3:0), melalui gol dari Greg, Aliyudin dan saya sendiri. Dalam konferensi pers setelah pertandingan, seorang wartawan mengajukan sebuah pertanyaan yg sejujurnya ditujukan dengan sengaja untuk memancing komentar emosional saya...

Sebuah pertanyaan yg berisi dekian:

# Bambang apakah gol ke gawang Persib tadi menjadi bukti, atau menjawab cemoohan pendukung Persib yg sempat mencaci-maki anda saat bermain di Bandung beberapa waktu yg lalu..??

Saat itu inilah jawaban saya:

* Saya tidak ingin membuktikan apapun kepada siapapun, apa yg saya lakukan hari ini adalah murni menjadi tugas saya. Di Bandung beberapa waktu yg lalu, saya memang mengalami sutuasi yg kurang mengenakkan. Akan tetapi perlu di ingat, bahwa saat itu saya bermain untuk tim nasional Indonesia, itu artinya mereka sesunggungnya adalah juga pendukung saya. Saya yakin jika ketika itu mereka tengah mendukung saya, akan tetapi mungkin dengan cara yg sedikit berbeda hehehe. Jadi rasanya akan menjadi hal yg kurang baik, jika hal tersebut terlalu di besar-besarkan...

Bagi rekan-rekan wartawan yg hadir dalam sesi konferensi pers ketika itu, saya yakin jika anda sekalian pasti ingat betul dengan jawaban saya diatas...

Apa yg ingin saya sampaikan dalam tulisan ini adalah. Sampai kapan kita (Pendukung Persib Bandung dan Persija Jakarta) akan terus berlaku demikian..?? Apakah kita harus menunggu hingga beberapa korban lagi berjatuhan, agar kita segera sadar dan mengakhiri permusuhan yg sesungguhnya tidak beradab ini..?? Tidak sadarkah kita jika kebrutalan anda sekalian (Para Supporter) tersebut, sudah sampai kepada tahap yg menggangu kenyamanan masyarakat..??

Dunia persepakbolaan kita ini sudahlah cukup carut-marut dengan segala macam permasalahan yg terjadi. Maka janganlah lagi, ditambah dengan kerusuhan-kerusuhan supporter yg tidak jelas juntrungannya tersebut. Fanatisme kedaerahan atau kepada sebuah tim yg berasal dari daerah kita memang wajib untuk dijaga, akan tetapi alangkah bijaksananya jika hal tersebut tidak sampai melanggar norma-norma, hak asasi serta hukum yg ada di negara kita tercinta ini...

Diantara pemain dari kedua belah tim sendiri, sebenarnya tidak pernah terjadi gesekan yg berarti. Dalam banyak kesempatan kami sering makan bareng, ngopi sama-sama bahkan saling bercanda-tawa, karena kami sadar betul jika permusuhan kami cukup hanya sebatas diatas lapangan saja, saat membela bendera klub masing-masing. Diatas lapangan, kami memang berseteru, saling dorong, saling jegal bahkan tidak jarang terdapat ketegangan disana. Akan tetapi itu semua, murni karena rasa tanggung jawab dan profesionalisme kami, dalam menjalani profesi kami sebagai pemain sebakbola, "Tidak lebih dan tidak kurang"...

Bagi pemain sendiri, sebuah kekelahan atau kemenangan memang sudah menjadi hal yg biasa terjadi dalam profesi yg kami tekuni ini. Terkadang beberapa kekalahan maupun kemenangan memang patut diapresiasi dengan sedikit rasa emosional. Akan tetapi kami juga akan segera dengan cepat melupakan kekalahan atau kemenangan tersebut, mengingat masih banyak pertandingan-pertandingan lain yg menunggu kami di keesokan harinya, yg tentunya juga membutuhkan persiapan serta konsentrasi yg baru...

Sedangkan bagi supporter sendiri, terkadang sebuah kekalahan seringkali di sikapi dengan terlalu berlebihan, sehingga tidak jarang menjurus kepada hal-hal yg bersifat anarkis. Padahal tanpa mereka sadari, tindakan mereka tersebut pada akhirnya dapat merugikan tim kebanggan mereka sendiri...

Siapa yg rugi jika sebuah partai kandang harus dimainkan tanpa adanya penonton..?? Siapa pula yg tidak merasa kecewa jika tidak dapat menyaksikan partai kandang tim kesayangan kita, karena harus dipindahkan ke tempat netral..?? Belum lagi kerugian-kerugian yg harus tim kesayangan mereka bayar, jika sampai para supporter merusak fasilitas yg ada di dalam stadion mereka sendiri. Seharusnya hal tersebut juga menjadi pertimbangan dari anda sekalian para supporter...

Melalui goresan saya ini, saya ingin menghimbau kepada seluruh supporter yg akan hadir di stadion Jalak Harupat besok. Baik pendukung Persib Bandung maupun pendukung Persija Jakarta, yg mungkin hadir dengan memakai atribut lain. Marilah kita jaga atmosfer pertandingan besok agar tetap dalam keadaan aman, nyaman, terkendali serta dalam koridor-koridor sportifitas. Jauhkanlah sikap-sikap fanatisme kedaerahan serta tidakan anarkis, yg pada akhirnya akan dapat mencoreng dunia persepakbolaan negeri ini..

Mari kita saling bahu-membahu untuk memajukan dunia persepakbolaan kita ini, dengan berperilaku yg sewajarnya serta menjunjung tinggi rasa sportifitas. Mari kita kembali kepada hakekat awal dari olahraga sepakbola itu sendiri. Dimana diatas segala rivalitas yg mengakar tersebut, sepakbola itu sendiri dimainkan untuk menjalin silaturahmi, persahabatan, persatuan serta persaudaraan...

Semoga pada pertandingan besok, apapapun hasil akhir dari pertandingan itu sendiri. Kita masih dapat menjaga harkat dan martabat kita, sebagai manusia-manusia yg beradab serta menjunjung tinggi slogan yg bernama "Sportifitas". Karena sejatinya:

"Berbeda Bendera Bukan Berarti Kita Tidak dapat Bersahabat"

Selesai..

Rabu, 04 Mei 2011

Disini Gw Belajar (Ditulis Oleh Adji - Barrabravas Manggarai)

Kata orang yang namanya belajar ya di bangku sekolah atau di universitas. Pepatah Cina mengatakan “ Tuntutlah ilmu sampe ke negri Cina” Gw mengartikan pepatah ini bahwa kita bisa belajar kok di mana aja, kapan aja dan dengan berbagai cara gak hanya harus duduk di bangku dalam sebuah pendidikan formil. Kenyataannya Gw bisa belajar banyak bersama teman-teman Jak Mania. Selama menjadi anggota The Jak banyak banget pelajaran yang Gw dapatkan dan itu sangat berguna banget baik langsung maupun gak langsung buat kehidupan gw.

No Money No Cry
Kalo kata Bob Marley “No woman no cry” tapi di The Jak Gw bisa belajar “No Money No Cry “. Buat sebagian orang emang duit seperti Tuhan, tapi disini Gw bisa membuktikan kalo ga ada uang gw bisa hidup kok, bisa ketawa bersama temen-temen. Contohnya ketika tour keluar kota dukung Persija, kita masih bisa ketawa bareng, nyanyi bareng walaupun duit yang kita bawa mungkin pas-pasan banget, setidaknya bisa lah buat beli sebungkus nasi pake tempe dan sayur walau Cuma 2 x sehari. Seneng rasanya bisa ngeliat temen-temen masih bisa tersenyum saat tour ke luar kota dengan duit pas-pasan dan kadang hasil pertandingan ga memuaskan.

Ikhlas
Pelajaran kedua tentang ikhlas. Menurut Gw, sabar itu gampang, tapi yang namanya ikhlas susah banget. Disini Gw belajar untuk ikhlas dalam menerima sesuatu yang gak sesuai dengan harapan kita. Contohnya ketika tahun 2005, dua kali Persija masuk Final lawan Persipura di Liga dan Arema di Copa, tetapi hasilnya emang ga sesuai dengan apa yang semua kita harapkan. Disitulah kita belajar untuk ikhlas dalam menerima kenyataan yang pahit

Setia
Jaman sekarang kesetiaan gampang banget dibeli. Cw bisa selingkuh karena punya gebetan yang lebih tajir atau ganteng, anggota DPR ga setia sama rakyatnya jadinya korupsi tapi The Jak mengajarkan Gw untuk setia. Haus trophy yang dialami Persija sejak tahun 2001 tidak membuat temen-temen The Jak berpaling ke klub lain (ya kalo ada yg berpaling berarti kesetiaannya diragukan ). Kita tetap setiap mendukung Persija dengan hasil apapun dan di mana pun selama itu mungkin. Kadang Gw melihat temen-temen ninggalin pekerjaan sampe di SP 3, ninggalin keluarga , bolos ujian hanya untuk sebuah kesetiaan. Contohnya The Jak Kemayoran yang menurut Gw selalu konsisten dari dulu untuk mendukung Persija di mana pun

We Are Different But One
Buat Gw The Jak itu nano-nano, karena mempunyai latarbelakang budaya, ekonomi dan social, suku dan ras yang berbeda-beda. Tapi di sini Gw bisa belajar untuk bisa menerima perbedaan dan belajar untuk memahami karakter seseorang dengan latar belakang yang berbeda dari Gw. Menerima perbedaan itu susah kawan, tapi Gw juga bingung kenapa dengan mudahnya kita bisa menerima semua perbedaan ini ketiak kita mendukung Persija. Ga peduli dia kaya atau miskin, punya pekerjaan atau ga, orang baik atau ga, Betawi atau pendatang, semuanya sama menamakan dirinya “ We Are Jak Mania”.
Namun untuk pelajaran yang satu ini menurut Gw sekarang kita sedang mengalami “DEGRADASI” karena terkadang temen-temen lupa, sehingga terlalu membanggakan kelompoknya sendiri jadinya kadang-kadang jeruk makan jeruk.
Padahal kalo temen-temen bisa memahami tulisan baju di kaos anggota The Jak Mania “ Satu Jakarta Satu” itu artinya kita itu satu yaitu JAKMANIA.
Seandainya semua temen-temen bisa berpikir seperti analogi berikut ini pasti indah. Si Otong dari Korwil Jeruk Nipis (kecil tapi kecutnya mantab), Si Mamat dari Korwil Jeruk limau, Si Udin dari Korwil Jeruk Sunkis, Si Munaroh dari Korwil Jeruk Pomtianak. Jeruk-jeruk itu kalo di satuin dalam blender pasti enak banget dan bermanfaat buat kesehatan dan gak ada lagi yang namanya Jeruk Makan Jeruk, yang ada jus Jeruk yang enak dan bermanfaat. Berbeda itu harus, tapi wajib tetap menghargai

Leader for Yourself
Menjadi pemimpin itu gak harus mempunyai bawahan. Menjadi pemimpin itu diawali gimana cara kita memimpin diri kita. Di sini Gw belajar untuk menjadi pemimpin bagi diri Gw. Dalam situasi tertentu kita harus bisa mempimpiin diri pikiran dan tindakan kita. Contohnya ketika Gw harus mengontrol pengeluaran keuangan, gimana caranya dengan bisa mengesampingkan ego untuk beli ini itu biar uangnya bisa beli tiket buat nonton Persija. Lalu ketika ada seseorang digebukin karena “katanya” si tetangga sebelah padahal belum tentu bener yang digebukin tetangga sebelah.
Ketika kita menunjuk orang lain dengan sebuah jari telunjuk kea rah mukanya, seharusnya kita harus ingat bahwa ada 3 jari lagi (kelingking, jaris manis, dan jari tengah) yang menunjuk ke arah kita. Artinya lihat lah dirimu sebelum menunjuk orang lain . Dengan kata lain jadilah pemimpin bagi dirimu sebelum menjadi pemimpin untuk orang lain

Speak !!!!
Pernah ga sih ngeliat orang pinter atau serem banget tapi ngomong di depan orang banyak aja ga berani atau ngomong Tapi gemetaran ? Di sini Gw belajar untuk menjadi seseorang yang berani ngomong di depan orang banyak. Arti berani menurut Gw bukan hanya rebut paling depan atau berani menantang lawan. Tapi salah satu arti berani yaitu “ Bicara di depan orang banyak untuk kebaikan bersama”.
Gw seneng ngeliat temen-temen berani untuk ngomong di depan orang banyak, misalnya pada saat kumpul dan rapat sub korwil. Karena Gw yakin temen-temen semua bisa jadi orang besar ketika temen-temen berani ngomong di depan orang banyak. Hal ini lah yang Gw lakuin ketika ada kumpul The Jak Barrabravas Manggarai, semua sub korwil atau perwakilan anggota harus berani dan belajar ngomong di depan orang banyak. Contohnya Ewin Gondrong, pada saat awal-awal datang rapat kalo ngomong gemetaran dan gak berani natap mata tapi sekarang udah beda, dia berani ngonmong di depan orang banyak ‘khususnya di depan cw”

Tanggung Jawab
Punya jabatan dalam suatu organisasi bukan sebuah keberhasilan mutlak . Keberhasilan itu diraih kalo kita bisa melakukan tanggung jawab kita baik sebagai seorang anggota maupun pengurus. Disini Gw bisa belajar menjadi seorang yang bertanggung jawab dan Gw rasa teman-teman juga merasakan hal itu.. Misalnya gimana cara kita bertanggung jawab dalam mengelola uang kas, mengelola uang tiket, uang bis yang jumlahnya gak sedikit.
Seorang manajer di sebuah perusahaan mungkin hanya mempunyai karyawan sebanyak 50 orang. Tapi seorang korwil bisa mempunyai anggota lebih dari itu bahkan ratusan. Makanya kita harus seneng dan bangga ketika bisa belajar bertanggung jawab dalam mendukung Persija. Bukannya malah ngeluh “ ah repot ngapain sih ada laporan keuangan tiap nonton Persija, kita kan supporter bukan panpel”

Tulisan Gw di atas bukannya sesi curhat, tapi sebagai bentuk motivasi buat temen-temen bahwa sebenarnya kita mendukung Persija sambil Belajar. Bukan berarti belajar di pendidikan formil itu gak perlu, itu tetap perlu. Kita harus buktiiin bahwa mendukung Persija bersama The Jak Mania itu bukan hanya ribut atau ngejarah (seperti yang diberitakan di berbagai media), tetapi juga banyak sisi positifnya salah satunya yaitu BELAJAR.

Adji - Barrabravas Manggarai

Selasa, 03 Mei 2011

PERSIJA SIKAT BONTANG FC 4-1

Tim Persija Jakarta berhasil memenuhi ambisinya meraih poin penuh, setelah mengalahkan tamunya Bontang FC dengan skor 4-1 pada lanjutan kompetisi Djarum Indonesia Super League (ISL) 2010-2011, di Stadion Manahan Solo, Jateng, Rabu malam.

Pertandingan antara tuan rumah Persija melawan Bontang FC yang disaksikan sekitar 10 ribu penonton di Stadion Manhan Solo, keduanya menapilkan permainan cepat dan menarik.

Pada babak pertama kedua kesebelasan baik Persija maupun Bontang FC saling melakukan serangan, sehingga pertandingan kelihatan seru.

Persija yang diperkuat sejumlah pemain nasional seperti Bambang Pamungkas, Ismed Sofyan, dan M Ilham sering melakukan serangan kepertahanan Botang FC.

Namun, Solidnya pertahanan Botang FC dijaga Marcelino Mandagi, Nyeck Nyome, dan Joko Sidik sulit ditembus Bambang Pamungkas dan kawan kawan.

Bahkan, Bontang FC melalui serangan balik mendapat pelang pada menit keenam babak pertama melalui Emile Mbamba yang tinggal berhadapan dengan kiper Persija Hendra Kartiko.

Namun, bolanya berhasil diblok kiper Hendro Kartiko yang bermain cemerlang sehingga hanya melahirkan tendangan pojok untuk Bontang FC.

Persija mendapat peluang emas pada menit 21 babak pertama melalui kaki Agu Casmir. Gol Persija berawal dari pemain sayap Greg Nwokolo yang lolos membawa bola ke pertahanan lawan.

Greg langsung memberikan bola umpan ke Agu Casmir dengan tendang poli merobek gawang Bontang FC, sehingga kedudukan berubah menjadi 1-0.

Sebaliknya, Bontang yang ketinggalan satu gol kemudian melakukan pergantian pemain, Eidin Elmi masuk dan menarik keluar Handi Hamzah untuk meningkatakan serangan.

Bontang FC 25 ke depan menguasai permainan dengan penjagaan ketat terhadap pemain lawan, sehingga sering mendapatkan peluang untuk mencetak gol.

Namun, Pemain Bontang Fc seperti Kenji Adachihara, yang mendapat peluang di menit 25 dan 39 dengan tendangan kerasnya berhasil diblok kiper Hendra Kartiko yang bermain cerdik. Sehingga, kedudukan 1-0 untuk Persija ini tidak berubah hingga babak pertama berakhir.

Memasuki babak kedua Bontang FC yang mendalkan dua pemain asal Jepang Kenji dan Satoshi Otomo mengambil inisiatif serangan ke pertahan Persija.

Namun, tim asal Kalimantan Timur kelihatan sulit menembus pertahanan Persija, yang dijaga, Ismed, Eric Arsene Bayemi, dan Precious yang bermain solid.

Gol Bontang terjadi melalui tendangan kotak pinalti pada menit 69 yang dilakukan Kenji Adachihara, setelah salah satu pemain Persija Oliver Makor tangannya menyentuh bola, sehingga kedudukan menjadi sama kuat 1-1.

Kedudukan sama kuat tersebut, Bambang Pamungkas dan kawan kawan kembali bangkit dari tekanan untuk melakukan serangan balik dengan cepat.

Serangan persija akhirnya membawa hasil pada menit 71, melalui sundulan kepala yang dilakukan Bambang Pamungas, setelah mendapatkan bola umpan tendangan bebas Ismed.

Bola sundulan kepala pemain striker Persija tersebut merobek gawang Bontang FC yang dijaga Edi Kurnia, sehingga kedudukan berubah menjadi 2-1.

Tiga menit kemudian Persija menambah gol melalui tendangan kaki M Ilham, setelah mendapat bola sodoran dari Agu Casmir, sehingga kedudukan skor 3-1.

Persija yang melakukan serangan cepat kepertahan Bontang FC kembali menambah gol pada menit 78 melalui Greg Nwokolo. Gol Greg berawal dari bola umpan pendek dari Bambang Pamungkas kepada Greg dan sekali kontrol sontekannya mengecoh kiper Edi Kurnia, skor menjadi 4-1

Kedudukan 4-1 tersebut tidak berubah hingga wasit yang memimpin pertandingan Asilmus asal Surabaya meniup peluait panjang tanda babak kedua berakhir.

Wasit Asilmus dalam pertandingan tersebut mengeluarkan empat kartu kuning M Nasuha (Persija), Usman, Satoshi otomo, dan Emile Mbamba, ketiganya asal Bontang FC.

Pelatih Tim Bontang FC Fachri Husaini mengatakan, anak-anak bermain bagus disiplin tinggi selama hampir 90 menit.

Namun, setelah timnya menyamakan kedudukan, sekitar 10 menit pemainnya kehilangan konsentrasi sehingga kebobolan tiga gol.

Pelatih Tim Persija Jakarta, Rahmad Darmawan mengatakan, Bontang FC bermain bagus dan sangat disiplin sehingga timnya cukup kesulitan. Hanya saja tim lawan soal konsistensi kurang sehingga dimanfaatkan Persija untuk mencetak gol.

Senin, 02 Mei 2011

GARUDA TETAP DI DADAKU

Bangga, haru dan perasaan kecewa menyatu di dalam perasaan setiap orang kala indonesia berhasil menekuk malaysia 2-1 di stadion gelora bung karno senayan jakarta tanggal 29 desember 2010 lalu. meski menang, indonesia tetap kalah agregat dengan malaysia yg beberapa hari sebelumnya berhasil mengalahkan indonesia dengan skor 3-0 di stadion bukait jalil kuala lumpur malaysia. pada pertandingan ini diwarnai insiden tidak sportif dari suporter tuan rumah yg menggunakkan laser untuk mengacaukan konsentrasi para pemain indonesia. hal ini membuat timnas malaysia terkena skorsing 4 tahun dilarang mengikuti ajang kompetisi internasional termasuk sea games. indonesia memang kalah akan tetapi bisa dikatakan kalah terhormat. indonesia bisa buktikan tanpa laser sekalipun kami bisa memenangkan pertandingan. dikutip dari laman twitter bamabang pamungkas,beliau berkata " kami memang tidak juara, akan tetapi semoga kami bisa memenangkan hati rakyat indonesia " . dan kata-kata tersebut memang benar, kini rakyat indonesia tidak memandang timnas indonesia dengan sebelah mata seperti beberapa tahun yg lalu. saat ini indonesia dianggap sebagai kebangkitanya macan asia. terbukti, dari beberapa pertandingan terakhir stadion gelora bung karno selalu dipenuhi penonton di setiap tribunnya, lain halnya disaat kualifikasi AFC beberapa bulan yg lalu. hanya setengah dari kapasitas stadion yg dipenuhi penonton. maklum kala itu indonesia tidak lolos untuk pertama kalinya ke piala AFC sejak tahun 1996. kita lupakan masa lalu, kini garuda tengah mengepakkan sayapnya kembali. MAJULAH GARUDAKU KESEMPATAN ITU MASIH ADA...! GARUDA TETAP DI DADAKU