Pemain kelahiran Jakarta, 15 Februari 1989 yang kini memperkuat salah
satu klub Major League Soccer (MLS) Chivas USA Academy, Dipo Alam
mengungkapkan keinginannya berseragam Persija Jakarta.
Hal tersebut diungkapkan Dipo saat memperkuat Tunas Jaya, salah satu
klub Internal Persija, dalam pembukaan kompetisi Internal Persija, yang
berlangsung di Stadion Sumantri Brodjonegoro, Jakarta (9/9).
“Sangat ingin, apalagi dekat dengan rumah, dan tempat kelahiranku,” ungkap Dipo terkait keinginannya membela Macan kemayoran.
Dipo, sebelum bermain di MLS, mengawali kariernya di SSB ASIOP, lalu sempat bergabung dengan Persija Timur U-18.
Permainannya bersama Tunas Jaya saat menghadapi Trisakti FC dalam
pembukaan Kompetisi Internal Persija cukup memukau. Satu umpan manis
berhasil diberikan untuk kemudian dieksekusi oleh Sabeni, dan mengantar
Tunas Jaya mengempaskan Trisakti FC 5-3.
Keinginan kuat Dipo menjadi pemain sepakbola
sudah dimulai sejak dini. Mulai menggemari olahraga si kulit bulat saat
berusia tujuh tahun dengan bergabung ke Merdeka Boys Football
Association (MBFA), Dipo kemudian memperkuat tim AS-IOP di ajang Piala
Specs serta DKI Jakarta di Liga Bogasari U-15. Tahun 2005, Dipo mengikuti seleksi Indonesian
Football Academy (IFA). Dari 1350 peserta yang mengikuti seleksi, lima
pemain dari Jakarta terpilih berdasarkan penilaian pelatih (almarhum)
Ronny Pattinasarany. Bakat Dipo memang mencorong untuk kelompok usianya
dan menjadi salah satu dari 18 pemain yang terpilih IFA untuk kemudian
sedianya dikirim berlatih ke akademi Ajax Amsterdam.
"Setelah itu
tidak ada kontak tanpa alasan yang jelas. Jadi dari situ saya pergi ke
luar negeri. Setelah stay empat bulan di mess pemain, tapi ternyata
berhenti di tengah jalan," kata Dipo. "Saya pikir, memang kecewa karena tak jadi ke Belanda, tapi saat itu too good to be true juga. Antara percaya dan gak
percaya apakah bisa main. Dari kecil punya impian untuk main di luar
negeri, membela klub besar. Tiap hari saya ikut seleksi dari rumah di
Kemayoran, Jakarta Utara, naik bus, naik motor. "Keluarga sudah bangga, bahkan saya sempat
masuk TV. Dikasih uang saku. Kecewa, karena izin sekolah tiga bulan
penuh dari jurusan IPA, sekolah sudah dikorbankan, mau fokus ke
sepakbola maupun sekolah tapi susah," cerita pemain kelahiran 15
Februari 1989 ini.
Kekecewaan tidak menghambat semangat Dipo.
Mengumpulkan tabungan dari sejumlah pekerjaan serabutan, putra ketiga
pasangan Gustian Palindih dan Rosmawati Hasibuan ini menatap karier di
luar negeri.
"Saya trial di klub lokal Heemstede melalui izin tinggal dua minggu," ujarnya.
"Pelatih di sana puas dan meminta saya mengurus visa untuk bisa lebih lama main di sini. Jadi saya pulang ke Indonesia untuk apply
visa, tapi kemudian teman mengajak ke Amerika, sekalian untuk
bersama-sama fokus meneruskan pendidikan sekaligus tidak ingin karier
sepakbola terhenti, kami sama-sama mengurus visa ke Amerika Serikat.
Lucunya, dia malah gak dapat visa, tapi saya dapat."
"Jadi di umur 17 tahun, saya merasa ini tantangan hidup, untuk mandiri, belajar sendiri dan mencari nafkah sendiri."
Di
negara Paman Sam itu, Dipo meneruskan studi dengan berkuliah di
Pasadena City College dengan jurusan Business Management. November 2006,
Dipo mengikuti seleksi Chivas U-17. Namun, karena sudah memasuki usia
18 tahun, Dipo dikirim ke tim U-19 dan menjalani trial selama lima kali. Pelatih di sana memintanya menambah berat badan sampai hampir 15 kilogram untuk meningkatkan kemampuan.
"Saya
harus ke gym dan butuh kurang lebih dua tahun untuk membentuk postur
ideal yang diminta. Dari situ, saya ditunjuk mengikuti kompetisi U-23,
yaitu Premier Development League (PDL). Banyak lulusan PDL yang ke MLS [Major League Soccer
atau liga utama Amerika Serikat], bahkan Vedad Ibisevic dari TSG
Hoffrnheim dan mantan pemain Manchester United Jonathan Spector adalah
jebolan PDL. Saya lolos seleksi, sudah masuk tim, tapi kemudian
terkendala masalah dana," sambungnya.
"Mereka akui sepakbola di
AS bukan olahraga nomor satu, jadi berlatih lima kali seminggu, saya
butuh perjalanan naik bus tiap hari dua jam untuk latihan. Padahal saya
tetap kuliah. Mereka tidak bisa membiayai, solusinya saya harus ada green card yang juga bisa meringankan biaya kuliah, dan semuanya harus diurus sendiri."
"Jadi sambil mengurus green card, saya ikut liga amatir sambil fokus belajar. Sempat jadi tukang cuci piring di restoran Chinese, jadi waiter di restoran Jepang, pokoknya kerja keras untuk membiayai kuliah dan kebutuhan sehari-hari.
"Dari situ saya ikut kompetisi amatir dan bergabung dengan klub Turbo FC. Di sini saya membantu tim juara musim lalu dan jadi top scorer dengan 21 gol, termasuk dua gol di partai final untuk turnamen di California. Akhirnya saya terpilih sebagai MVP."
Tahun depan, Dipo berencana mengikuti seleksi program tahunan "One Shot One Goal", yang mengirimkan 23 pemain muda berlatih di Meksiko tahun ini. Berkat green card
yang sudah dikantunginya, Dipo juga leluasa meneruskan karier sebagai
pesepakbola. Ada beberapa kemungkinan lain yang dipikirkannya saat ini.
"Saya
mungkin akan minta lagi untuk direkrut Legends FC di Premier
Development League. Saya juga bisa trial ke Swedia, atau ke Cina. Waktu
itu ada agen asal Cina yang memantau pemain-pemain di sini, salah
satunya menawarkan main di Chinese Super League untuk memperkuat klub
Guangzhou Pharmaceutical FC. Sekarang lagi diurus semuanya dan saya akan
kontak agen itu untuk kepastiannya," tukasnya. "Saya ingin melihat kesempatan manapun, saya
akan mempertimbangkan semuanya. Saya ingin fokus buat diri sendiri dan
banyak latihan, mengasah permainan. Sekarang bisa 100 persen siap, dan
di manapun saya akan ambil kesempatan itu kalau sudah di depan mata."
Dipo juga tidak menutup kemungkinan berkiprah di tanah air.
"Klub
Indonesia juga bisa dipertimbangkan. Saya mau main di manapun, saya di
sini juga belajar tentang kehidupan. Tiap hari main bola sambil kuliah
dan kerja. Saya sendiri, saya berpikir gimana mengatasi masalah dalam
kerjaan, bagaimana tanggungjawab dalam studi," imbuhnya.
"Saya
bersyukur, ini pengalaman hidup yang berharga. Sekarang saya 100 persen
siap untuk melangkah ke tingkat yang lebih tinggi." Dipo mengakui masih mengikuti perkembangan sepakbola nasional, termasuk perkembangan syamsir alam
yang sudah dikenalnya sewaktu sama-sama memperkuat AS-IOP. Dipo
berharap Alam sukses dengan kariernya di PeƱarol saat ini sambil
menitipkan pesan untuk meningkatkan kemampuan fisik, karena "susah hanya
mengandalkan skill dan mengandalkan kecepatan dribble dalam sepakbola modern". Sebagai pemain yang pernah mencicipi
pengalaman bermain di Belanda dan Amerika Serikat, Dipo menyampaikan
pesan yang gamblang kepada PSSI selaku otoritas sepakbola tertinggi
nasional.
"Fokus ke pembinaan dan follow-up
tanpa putus. Ide naturalisasi saya dukung karena mereka bisa bagi
pengalaman, meski jangka panjang tidak begitu bagus. Harapan saya jangan
sampai putus di tengah jalan dan saya dukung kalau PSSI melakukan
program pembinaan dan kompetisi usia dini," sebutnya.
"Sebenarnya,
kita tidak kalah jauh dengan pemain luar negeri. Di Belanda, sampai
umur 18 tahun kita masih bisa bersaing. Di AS, U-17 main di Chivas tapi
memasuki U-19 lain lagi, karena mereka lebih besar. Mereka benar-benar
memperhatikan setiap pemain. AS-IOP jauh lebih bagus pembinaannya, tapi
di AS mereka lebih berkesinambungan, setiap pemain diperhatikan."
BIODATA
Nama Lengkap
Claudius Dipo Alam
Tempat, Tanggal Lahir
Jakarta, 15 February 1989
Tinggi / Berat Badan
180 cm / 77 kg
SEPAKBOLA
Posisi
Gelandang, Penyerang
Pengalaman Sebelumnya
MBFA (2002-2004)
AS-IOP (2004-2006)
Persijatim U-15 Liga Bogasari DKI Jaya
Persijatim U-18 Liga Suratin DKI Jaya
IFA / Indonesia Football Academy (2005)
Chivas USA U-17
Chivas USA U-19 (trial)
Legends FC (Premier Development League)
Sueno MLS (try out)
LA Galaxy (2008, try out)
Klub Sekarang
Turbo FC
KELUARGA
Nama Ayah
Gustian Palindih
Nama Ibu
Rosmawati Hasibuan
Kakak-Kakak Kandung
Dirgantara Fasa Palindih
Samudra Persada Palindih
Adik Kandung
Dini Bestari Palindih
FAVORIT
Makanan
Nasi goreng, rendang
Musik
Gospel songs, R&B, Jazz
Film
Action, Comedy, Goal 1 & 2
Klub Sepakbola
Arsenal FC
Pemain Sepakbola
Dennis Bergkamp
Idola
Jesus Christ, Dennis Bergkamp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar